Subang, 27 Agustus 2024 - Sebagai sentra beras ternama di Jawa Barat maupun nasional keberadaan Subang sebagai penyangga stok pangan sangat krusial, namun baru-baru ini kabar kurang sedap menyeruak, dampak dari elnino panjang menyebabkan beberapa daerah di Subang mengalami kekeringan, jelas hal ini tidak bisa dibiarkan.
Untuk itu Kementerian Pertanian (Kementan) - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan melalui Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) terjun langsung ke lapangan guna mengambil langkah-langkah solutif, Pompanisasi dan Irigasi perpompaan menjadi senjata utama guna mengatasi kekeringan.
2 daerah yang terdampak adalah Patokbesi dan Pamanukan, Kementerian Pertanian sudah menindaklanjuti dengan menyalurkan bantuan berupa 4 unit pompa, 2 unit ke Patokbesi dan 2 unit ke Pamanukan, hal tersebut dilakukan untuk membantu petani mengatasi kekeringan yang tengah dihadapi.
"Luas sawah di Desa Mulyasari adalah 775 ha terdampak kekeringan seluas 15 ha dan terancam kekeringan mencapai 35 hektar. Dengan adanya pompa ini, kami berharap bisa segera mengatasi kekeringan dan menyelamatkan pertanaman," ujar Komar Hasan, POPT Pamanukan.
Kepala Bidang Penyuluhan dan Sumberdaya Dinas Pertanian Subang, Endra Mulyawan, menjelaskan bahwa ketidakmerataan distribusi air menjadi penyebab utama kekeringan di wilayah tersebut. Dengan bantuan pompa, diharapkan distribusi air ke sawah dapat lebih merata, beber Endra
.
Dihubungi saat mengawal lokasi terdampak Kepala BBPOPT Yuris Tiyanto mengatakan Kekeringan adalah salah satu tantangan serius yang dihadapi oleh para petani di Indonesia, khususnya di Kabupaten Subang. Kondisi ini tidak hanya mengancam hasil panen, tetapi juga mengancam keberlangsungan hidup para petani dan ketahanan pangan nasional, ucapnya.
“Pemberian bantuan pompa di areal kekeringan harus dipertimbangkan dengan usia dan pertumbuhan tanaman, contoh kasus di kecamatan Patokbesi desa Tanjungrasa yang memiliki luasan 131 ha sudah disalurkan bantuan 2 unit 6 inch dan eksisting 8 inch, selama 4 hari beroperasi dari Jumat-Senin baru bisa mengairi 15 ha”.
“Sementara target yang harus diairi adalah 131 ha, sehingga dibutuhkan 35 hari untuk mengairi keseluruhan lahan, sementara umur tanaman saat ini adalah 50 hari, tentu pertumbuhannya akan terhambat jika air tidak sampai dalam waktu dekat, paling tidak kita membutuhkan 3 sampai 5 unit pompa lagi agar seluruh areal terairi secepatnya”, terangnya
Lebih lanjut Yuris menyampaikan, “Program pompanisasi yang kita laksanakan hari ini merupakan langkah konkrit dalam mengatasi tantangan tersebut. Program yang sedang digalakkan oleh Kementerian Pertanian ini bertujuan untuk memastikan pasokan air yang cukup bagi lahan pertanian, terutama di musim kemarau, dengan memanfaatkan sumber air yang tersedia melalui pompanisasi. Kami memahami bahwa tanpa dukungan air yang memadai, tanaman tidak akan bisa tumbuh optimal dan hasil panen akan menurun drastis”, tuturnya.
“Dalam pelaksanaan program ini, Kementerian Pertanian dan BBPOPT tidak hanya berfokus pada pompanisasi, kami juga terus melakukan pemantauan terhadap potensi ancaman Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang mungkin muncul sebagai dampak dari perubahan iklim dan pola tanam. Dengan pemantauan yang tepat, kita dapat mencegah terjadinya ledakan populasi hama dan penyakit tanaman yang dapat mengancam hasil pertanian kita”, pungkasnya.
Sebagaimana diketahui Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan program pompanisasi yang saat ini digulirkan bisa memperkuat perekonomian desa menjadi lebih kuat dan produktif. Mentan menambahkan, pompanisasi adalah solusi cepat untuk mengantisipasi el nino panjang.
"Kita targetkan pompanisasi ini bisa memberikan tambahan minimal 1,2 juta ton beras. Semoga bisa sampai 1,5 juta ton. Dengan begitu, sebelum tiga tahun kita harapkan bisa swasembada lagi," katanya.
Senada dengan Amran, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Yudi Sastro mendukung penuh upaya peningkatan produksi di tengah kekeringan dengan menggunakan pompanisasi, Ia optimis dengan pompanisasi didukung oleh semua pihak dan kerjasama antar sektor maka kenaikan produksi di masa elnino bisa tercapai.