Serpong, 20 Februari 2025 – Kementerian Pertanian (Kementan) terus berfokus dalam mengejar swasembada, terbaru Kementan menggelar Focus Group Discussion (FGD), bertajuk Penggunaan Drone Untuk Perlindungan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) di Indonesia.
Diskusi ini menyoroti peran teknologi drone dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi praktik pertanian, khususnya dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan .
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan bahwa inovasi teknologi seperti drone sangat berperan dalam meningkatkan produktivitas pertanian guna mencapai swasembada pangan. "Pemanfaatan teknologi modern menjadi bagian dari strategi besar Kementerian Pertanian untuk memperkuat ketahanan pangan nasional," ujar Menteri Amran dalam berbagai kesempatan.
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Yudi Sastro, menambahkan bahwa optimalisasi teknologi dalam produksi tanaman pangan harus terus didorong. "Drone adalah solusi yang dapat mempercepat pencapaian target produksi, mengurangi kehilangan hasil akibat OPT, dan meningkatkan efisiensi distribusi input pertanian," katanya.
Dalam sambutannya PJ Kepala BBPSI Mekanisasi Pertanian, Agung Prabowo, menekankan bahwa FGD ini bertujuan untuk mencari solusi konkret dalam implementasi teknologi drone di lapangan. "Diskusi ini harus realistis dan bisa dilaksanakan, hasilnya nanti bisa menjadi pedoman aplikasi dan pengembangan drone ditingkat lapang”, terangnya
Kepala Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT), Yuris Tiyanto, yang tampil sebagai narasumber dalam diskusi ini, menegaskan komitmennya dalam mendorong pemanfaatan drone di sektor pertanian. "Kami sangat antusias dengan perkembangan teknologi. Bahkan sebelum FGD ini berlangsung, BBPOPT telah mempelopori penggunaan drone bersama Pakar Kebijakan Pertanian dan Precision Technologi Pertanian," ujar Yuris.
Ia menyampaikan bahwa drone telah diterapkan dalam budidaya padi, jagung, dan kedelai untuk pengendalian OPT di tempatnya. “Kami sudah memanfaatkan teknologi drone untuk pengendalian OPT padi, jagung dan kedelai. Dalam waktu dekat teknologi ini akan diperluas ke bidang pemupukan dan penyebaran benih dalam program Disruptive Agriculture Technology (DAT)”, paparnya.
“Perlu diperhatikan dan wajib dicatat, dalam setiap pengendalian OPT harus sesuai dengan kaidah Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), yang termaktub dalam UU nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan, pada pasal 48 disebutkan bahwa Perlindungan Pertanian dilaksanakan dengan sistem pengelolaan hama terpadu serta penanganan dampak perubahan iklim, ini adalah amanat Undang-Undang yang harus kita pedomani dan laksanakan”, tambahnya
Sebagai Penanggung jawab Satgas Swasembada Pangan (SSP) Riau, Ia juga berencana menerapkan teknologi drone di sana. “InsyaAlloh kami juga akan membawa teknologi ini ke Riau khususnya mengatasi keterbatasan tenaga kerja dalam perlindungan tanaman dari serangan OPT, penanaman serta pemupukan, guna mendukung optimasi lahan rawa (OPLAH) disana, langkah ini diambil sebagai bentuk keseriusan kami mendukung swasembada pangan. imbuhnya.
Dalam kesempatan ini, Yuris juga memperkenalkan aplikasi pintar bernama Sifortuna (Sistem Informasi Forecasting OPT Nasional) versi 3, sebuah sistem cerdas untuk prakiraan serangan OPT dan taksasi kehilangan hasil yang berfungsi sebagai sistem peringatan dini berbasis real-time. "Aplikasi ini bersifat terbuka, tanpa perlu login. Semua data yang dibutuhkan oleh petani dan pemangku kepentingan bisa dilihat secara langsung termasuk mengevaluasi efektifitas penggunaan drone dalam perlindungan tanaman dari serangan OPT, tutupnya.
Dari sisi akademisi, Dosen IPB, Dadang, mengingatkan bahwa penggunaan drone harus memperhatikan berbagai faktor, seperti bahan aktif yang diizinkan, formulasi pestisida yang cocok digunakan untuk penyemprotan menggunakan drone, dosis yang digunakan, waktu aplikasi, ukuran droplet, cakupan penyemprotan, serta potensi drift atau penyebaran yang tidak terkendali.
Sementara itu, Ricky Ho dari CropLife Asia menegaskan bahwa penggunaan drone membantu para petani, selain karena presisi dan efisien juga mampu mencakup area luas serta sulit dijangkau. "Teknologi ini mendukung pertanian berkelanjutan dan bermanfaat bagi kemajuan pertanian Indonesia," pungkasnya.
#Tetap Semangat
#Ramalanku Harapanmu