Bunga Raya, 18 Mei 2025 – Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengamatan, Peramalan, dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (P3OPT) Padi Awal Musim di Desa Bunga Raya, Kecamatan Bunga Raya, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Kegiatan ini bertujuan memperkuat kapasitas petani dan petugas dalam mengantisipasi serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) untuk mendukung swasembada dan ketahanan pangan nasional.
Bimtek dihadiri oleh BBPOPT, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Kabupaten Siak, Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Provinsi Riau, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bunga Raya, dan Petugas Pengendali OPT (POPT), serta petani setempat dengan total peserta mencapai 20 orang
Bertindak sebagai narasumber pada Bimtek ini adalah Sudarti, fungsional POPT dari BBPOPT, yang memaparkan tiga topik utama yaitu prakiraan serangan OPT di Kabupaten Siak, strategi pengendalian OPT utama pada tanaman padi, dan praktik pembuatan Paenibacillus sebagai Agens Pengendali Hayati (APH) untuk persiapan musim tanam mendatang.
Kegiatan ini difokuskan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada petani serta petugas lapangan. Praktik pembuatan Paenibacillus menjadi sorotan karena dianggap sebagai solusi ramah lingkungan untuk pengendalian OPT. Sebagai tindak lanjut, perbanyakan APH akan dilanjutkan di klinik tanaman setempat guna memastikan ketersediaan sarana pengendalian yang berkelanjutan.
Kepala BBPOPT Yuris Tiyanto, yang juga bertindak sebagai penanggung jawab kegiatan Luas Tambah Tanam (LTT) di Provinsi Riau, menegaskan peran strategis Bimtek ini dalam mendukung program pemerintah. “BBPOPT berkomitmen menjadi garda terdepan dalam pengendalian OPT. Melalui Bimtek ini, kami memperkuat kapasitas petani dan petugas untuk mengamankan produksi padi dari ancaman OPT, sehingga target LTT dan swasembada pangan di Riau dapat tercapai.
Kami juga terus mendorong penggunaan teknologi ramah lingkungan seperti Paenibacillus untuk menjaga keberlanjutan ekosistem pertanian, sebab APH memiliki banyak keunggulan, diantaranya selektivitas tinggi, tidak menyebabkan resistensi atau resurgensi, serta ramah lingkungan.” ujar Yuris.
Terpisah, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Yudi Sastro, menyatakan bahwa pengendalian OPT merupakan prioritas dalam program peningkatan produksi pangan. “Swasembada pangan bukan hanya tentang produksi yang cukup, tetapi juga memastikan perlindungan terhadap hasil produksi dari ancaman OPT. Kami terus mendorong penerapan teknologi dan metode pengendalian yang ramah lingkungan melalui BBPOPT untuk meningkatkan produktivitas petani,” ungkap Yudi.
Apa yang disampaikan Yuris dan Yudi sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, yang menegaskan pentingnya pengendalian OPT sebagai kunci keberhasilan swasembada pangan. “Pengendalian OPT yang efektif dan efisien sangat krusial dalam menjaga hasil panen petani dan memastikan ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat Indonesia. Kegiatan seperti Bimtek ini adalah langkah nyata untuk memperkuat ketahanan pangan nasional,” tandasnya.